Nanjak ke Gedong Songo


20160303

Kok katanya Oom Warm, yang menurutku sudah ‘lejend’ di bidang per-blog-an, beberapa postinganku yang terakhir sebelum ini terlalu sirius (Black?).. Maka daripada itu, aku cerita yang biasa-biasa saja kali ini..

Aku tahu kalau mau ada acara nanjak-nanjak ke Candi Gedong Songo yang ada di Bandungan itu malah dari teman nyepeda Semarang, Tami. Eh ternyata, Tami tahu karena diajak oleh Pakdhe Djoko. Padahal sebetulnya yang punya gawe alias acara ngepit bareng-bareng ke Gedong Songo itu adalah temen-temen Federal Magelang (FedGelang). Ya begitulah awalnya. Setelah sebelumnya juga berpeluh kesah dengan Mbak Lies (yang jadi tuan rumah; orang Ambarawa) akibat kegalauanku mau ikut budhal atau tidak, akhirnya aku berangkat juga di hari Sabtu (27 Februari) pagi-pagi.

Jadi, postingan ini juga adalah postingan telat atau late post, karena selisih seminggu setelah kejadiannya. Halah.

Beberapa hari sebelum berangkat, aku iseng nge-track jarak jari Jogja ke Ambarawa, yang ternyata sejauh 80 km lebihnya sedikit. Kupikir-pikir, jarak segitu hampir sama dengan Jogja ke pantai Wediombo, dengan kontur yang lebih enak pula. Maka kukira-kira saja, kalau 80an km itu bisa ditempuh dalam waktu antara 4-5-6 jam, nyepeda, dan itu sudah termasuk leren-lerennya.

Kopi Eva//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Oke, dan ternyata memang benar. Lewat jam 5 pagi menjelang jam setengah 6, Sabtu pagi, aku berangkat dari rumah. Dan akhirnya, hampir jam setengah 11 sudah sampai di Kopi Duha, Ambarawa.

Katanya, rombongan Magelang tikumnya di depan BCA Magelang, entah di mana itu tapi tidak jauh dari Alun-Alun Magelang, dan jam 7 pagi mulai berangkat. Aku sampai di depan masjid di sebelah barat Alun-Alun sekitar jam 7 lebih seperempat, dan melongok ke arah timur sampai sisi jalan sebelah timur, kok sepertinya belum terlihat ada pesepeda bergembol yang lain. Akhirnya kuteruskan saja sampai di Warung Ijo 2, tak jauh dari batas kota sebelah utara Magelang. Hampir tiga perempat jam aku sarapan sembari menunggu, siapa tahu rombongan Magelang sudah mulai budhal, tapi kok dinanti-nanti pun tidak segera kelihatan. Hingga akhirnya ya itu tadi, menjelang jam setengah 11 siang sampai juga di Kopi Duha.

Inside Kopi Duha//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Ternyata, aku sampai di Kopi Duha itu undha-undhi dengan teman-teman yang dari Semarang, Pakdhe Djoko, Tami dan Mas David, mungkin selisihnya nggak sampai sepuluh menit. Dan percakapan pun dimulai, sambil nyruput coklat panas bikinan Mbak Lies, sambil nge-charge hape, sambil istirahat.

Kira-kira menjelang (atau setelah tengah hari ya? Aku lupa) tengah hari, rombongan dari Magelang sampai juga di Ambarawa, mereka ada berdelapan. Karena memang sudah waktunya makan siang, ternyata Mbak Lies memang sudah menyiapkan segala uba rampe-nya, dan kami semua pun rame-rame makan siang dulu sebelum genjotannya dilanjutkan ke arah Bandungan dan Gedong Songo.

In Front of Kopi Duha//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Dari Ambarawa sampai ke Gedong Songo itu sebenarnya hampir sama dari Bunderan UGM sampai ke Warung Ijo Pakem, tapi maschaauwoh tanjakannya. Nanjak njak njak njak.. Tapi mungkin karena dibarengi suasana yang gerimis dan banyak orang, jadi tidak terlalu terasa capek dan jauhnya.

Yang namanya Bandungan, meskipun itu letaknya di kaki gunung yang altitudenya lumayan tinggi, masih ada juga pembangunan ‘hotel’ yang dilakukan, dan nggak main-main, kalau nggak salah lihat, antara 4-5 lantai. Wew…

Tapi, meskipun dingin, karena tempatnya yang tinggi dan sering hujan (kebetulan pas musim hujan), kalau yang butuh kehangatan gampang kok, dan banyak tersedia. Gampang saja, tinggal belok arah ke salah satu hotel yang ada di sana, dengan tarif yang bisa dibilang masih terjangkau, dan ‘pelayanan’ yang bisa jadi bakal mumpuni untuk mengusir rasa dingin. Khkhkhkhkhkh……….

Pos Ojek Bandungan//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Itu tadi baru salah satu solusi. Solusi lainnya adalah mampir ke warung tahu serasi yang asli sejak jaman kapan, dan katanya tidak buka cabang di tempat lain, alias hanya ada di tempat itu saja. Dan ternyata memang cocok. Setelah nanjak-nanjak kehujanan kegerimisan, susu kedelai yang masih panas mongah-mongah, juga tahu panas yang salah-salah bisa bikin ngilu gigi, bakal memberikan sensasi kepanasan (nggak cuma sekedar hangat) sesaat yang agak lama. Maka, cobalah kalau tidak percaya…..

Tahu Serasi Bandungan//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Energi serasa kembali bertambah untuk melanjutkan perjalanan ke Gedong Songo. Ada penanda di persimpangan jalan menuju Candi Gedong Songo, ada pos ojek dan buk bertuliskan Candi Gedong Songo, 3 km.

About to Going Uphill//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

"Melet-melet"//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Ya, 3 km. Dan awal tanjakannya adalah tanjakan yang jujur; lurus dan kelihatan belokannya ada di mana dan setinggi apa. Kira-kira antara 300-400 meter tanjakan yang jujur itu dilewati, dan itu memang lumayan berat. Untungnya, masih saja bisa dilalui dengan menaiki sepeda. Dalam jarak sejauh 3 km itu, kami berkali-kali berhenti, entah berapa kali, tapi ada yang sambil jajan di warung, ada yang sambil foto-foto, ada juga yang istirahat sambil nikmat menghisap rokoknya. Setelah sampai di parkiran bus, kata Pakdhe Djoko, ada sekitar 200an meter lagi jalan yang betul-betul nanjak, tapi setelah itu, hampir masuk ke gerbang Candi Gedong Songo, malah lebih landai. Dan, itu memang benar adanya. Halah. Aku memilih untuk mendorong sepedaku saja. Hehehee.

Dari tempat Mbak Lies tadi kami berangkat nanjak mulai jam 13.30, dan kami sampai di Gedong Songo pas saat maghrib. Meskipun sudah maghrib, dan nggak bisa melihat bangunan candinya, ya paling tidak sudah bisa merasakan nanjaknya menuju Candi Gedong Songo.

Tami, Pakdhe Djoko, Mbak Lies & Me//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Warung kecil yang ada di pojok barat parkiran pun menjadi tujuan kami. Ada yang memesan kopi panas, teh panas, ada pula yang minta dibikinkan Indomie goreng telur. Hal yang penting adalah meskipun saat perjalanan mayoritas didominasi dengan kehujanan, tapi kami masih bisa merasakan nikmatnya kehangatan, baik yang wujudnya berupa ‘hangat’ yang sebenarnya, maupun ‘hangat’ dalam makna konotasi postitf (hayoo, inget nggak dengan pelajaran Bahasa Indonesia jaman SMA?).

Nikmati hari itu. Pulang?.Itu urusan lain lagi…..

Catatan : Foto yang ppertama (paling atas) adalah foto jeprètan hapé Sony Ericsson J105i punyaku. Foto yang lain adalah jeprètan Mas David. Nuwun.

7 thoughts on “Nanjak ke Gedong Songo

Leave a comment