Siung, untuk yang kesekian kalinya, dan takkan pernah bosan.


Entah apa yang menyebabkan saya begitu suka dengan pantai yang satu ini. Rasa suka yang satu ini susah untuk diungkapkan dengan kata.

Sejak kecil, ketika diajak pergi ke pantai, tak pernah terpikir tentang yang namanya bermain air atau mandi di pantai, keceh. Sampai saat ini pun, ketika pergi ke pantai, hanya sekadar memandang dan menikmati suasana yang ada di pantai itu.

Kali ini, saya iseng berkunjung ke dusun yang dulu di situ saya KKN, letaknya sekitar 4 km dari pantai Siung. Dusun Luweng Ombo namanya. Saya sampai ketika matahari sudah sedikit berangsur ke barat, sekitar pukul 4 sore tanggal 28 Mei 2011. Menjelang petang, saya kemudian bergegas menuju ke rumah Pak Aris, yang dulu ketika KKN menjadi pondokan bagi saya dan teman-teman.

Malam hari ketika itu begitu cerah, bintang-bintang terlihat bertaburan di langit. Sayang, saat itu sedang bukan bulan purnama. Meskipun cerah, hawa terasa dingin dan angin berhembus cukup kencang, menimbulkan hasrat untuk segera tidur karena badan juga sudah cukup lelah.

Satu hal yang sedikit menjadi penyesalan adalah : Final Liga Champions 2011, Barcelona vs Manchester United!!
Katanya, antena televisi di atas bukit sedikit goyang karena angin yang lumayan kuat. Gambar di teve jadi tak jelas. Keinginan untuk nonton bareng di rumah Pak Sudi pun upus, karena saya tidak terbangun meskipun sudah memasang alarm.

Keesokan paginya, 29 Mei 2011, tujuan yang tentu saja tidak akan terlupa ketika berkunjung ke tempat itu : PANTAI SIUNG.
Dari rumah Pak Aris yang berjarak 4 km dari pantai, hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit dengan sepeda, karena jalannya yang menurun! Roller coaster-like!

Di depan Balai Desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul.

Pantai Siung terletak di desa Purwodadi, kecamatan Tepus, Gunungkidul. Jika ditempuh dari Wonosari (ibukota Gunungkidul) berjarak sekitar 30 km menuju arah tenggara, atau dari kota Jogja sekitar 70 km. Jauhnya!!
Dengan mengendarai sepeda, saya memerlukan waktu sekitar 2-2,5 jam dari Wonosari. Itu pun sudah termasuk istirahat di beberapa tempat kuliner ringan yang patut disinggahi, seperti es degan dan es dawet di Lembah Karst Mulo, dan es dawet di dekat kantor camat Tepus.

Ketika aku dan sepedaku beristirahat di Lembah Karst Mulo.

Pantai Siung memiliki panjang garis pantai sekitar 200-300 meter. Pasir putih terhampar luas sepanjang pantai. Terdapat batas yang jelas antara hamparan pasir putih dengan batuan karang yang letaknya cukup landai, menjorok hingga 40-50 meter dari garis pantai. Hal itu bisa dinikmati ketika pantai mengalami surut terendahnya. Pada umumnya, surut terendah terjadi sekitar satu minggu sebelum atau sesudah bulan purnama.

Di bagian timur dari pantai itu dibatasi oleh tebing yang tingginya sekitar 30 meter, namun kita masih bisa mendaki dan menikmati pemandangan pantai dari atas bukit itu. Bagi yang menyukai olahraga ekstrem seperti panjat tebing dapat mengikuti jalan setapak di sebelah barat pantai, yang akan menuju ke tebing-tebing yang biasanya digunakan untuk kegiatan panjat tebing.
Setelah menikmati indahnya alam ciptaan Tuhan, ada kalanya kita merasa lapar dan haus. Tak usah khawatir. Di pantai Siung terdapat beberapa warung makan yang menyediakan banyak menu pilihan. Tentu saja, karena daerah pantai, yang paling istimewa adalah masakan ikan laut.

Matalabiogama, salah satu OPA yang sedang memanjat jalur pemanjatan Blok E.

Perjalanan pulang tak jauh berbeda dengan berangkatnya. Dari desa Purwodadi hingga kota Jogja (sekitar 75 km, jalanan yang naik-turun) saya tempuh dalam waktu 4 jam 45 menit. Itu pun sudah termasuk menikmati es dawet di Lembah Karst Mulo 20 menit, istirahat di Patuk 15 menit, dan ngangkring di Prambanan 20 menit.

Jogja masih 22 km lagi, Bung!!

Salam Lestari!! Hijaukan Bumi dengan bersepeda..

2 thoughts on “Siung, untuk yang kesekian kalinya, dan takkan pernah bosan.

Leave a reply to denmasbrindhil Cancel reply