Watukodok, Bukit di Satu Sisi


20150721

Sekitar bulan Maret 2014 aku pernah bersepeda menyusuri jalan aspal, dari arah Tepus, kemudian sampai di pantai Indrayanti, dan kemudian sampai di dekat pantai Baron, kembali ke arah Wonosari. Di salah satu tempat di antara pantai Drini dan sebelah baratnya, ada papan petunjuk kecil ke arah pantai Watukodok. Dan ternyata sampai saat kemarin (Juli 2015) aku ke sana pun masih ada, namun saat itu sudah ada tulisan di spanduk yang lebih besar, namun hanya terlihat jika kita datang dari arah barat.

Dari penduduk sekitar pantai, aku baru tahu kalau Watukodok itu hanyalah sebuah bukit di sisi sebelah barat dari pantai berpasir putih itu. Dari namanya sudah bisa dikira-kira, kalau dilihat dari kejauhan, bukit itu tampak seperti kodok. Namun aku yang baru pertama kali datang ke pantai itu belum bisa menangkap apa yang dimaksud dengan bentuk seperti kodok itu. Pantainya yang berpasir putih – ya, memang pantai-pantai di Gunungkidul hampir semuanya berpasir putih – membentang sejauh kira-kira tiga ratus meter, dari bukit di sebelah barat yang menyerupai kodok itu, sampai ke bukit di sebelah timur, yang agak menjorok ke arah laut, yang membatasi antara pantai Watukodok dengan pantai di sebelah timurnya, pantai Drini.

Watukodok Beach//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Pantai pasir putih yang membentang tiga ratus-an meter tampak ‘bersih’, tanpa ada batu atau bukit karang yang mengotori pemandangan. Pun demikian dengan dasar pantai yang tampak landai, meskipun di beberapa tempat tampak batuan karang yang tidak rata dan berlubang-lubang. Saat ombak mulai surut, pengunjung bisa lebih jauh lagi menjejakkan di dasar pantai, hingga kira-kira 40-50 meter dari garis pantai. Bisa menjelajah sejauh itu memang menarik dan menantang. Bagi yang suka tantangan dan kegiatan alam mungkin sesuatu yang menyenangkan, namun bagi yang hanya suka bermain air, ‘lantai’ pantai yang berupa karang dan ombak yang surut adalah sesuatu yang membosankan.

Warung-warung menyediakan jajanan yang kebanyakan berupa minuman sachetan dan mi instan, namun beberapa di antaranya juga menyediakan menu laut alias seafood. Di beberapa warung juga terdapat gazebo yang bisa digunakan untuk istirahat sambil menikmati hembusan angin.

Pantai yang landai dan panjang mungkin juga cocok untuk mendirikan tenda dan menghabiskan malam Minggu di pantai itu. Dengan banyaknya warung, tentu tidak perlu khawatir untuk urusan logistik. Namun tak ada salahnya jika membawa bekal dari awal dan menikmatinya di pantai.

From Above The West Side Hill//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Di sebelah timur pantai Watukodok terdapat bukit ‘pembatas’ dengan pantai Drini. Karena letaknya yang agak menjorok ke laut dan juga terdapat beberapa gazebo di atasnya, tempat itu cocok juga untuk melihat pemandangan di kedua pantai. Buat yang menyukai hobi fotografi, banyak lanskap yang bisa dimasukkan ke dalam kamera menjadi gambar.

Drini & Kosakora Hill on The Far Side//embedr.flickr.com/assets/client-code.js

Pengunjung bisa masuk ke pantai Drini melewati bukit tersebut, dan turun di sisi Drini, gratis. Namun jika ingin kembali ke Watukodok melewati tempat itu lagi, pengunjung harus membayar Rp. 2000,-.

Saat itu sudah menjelang sore, dan kebetulan pula masih dalam kisaran liburan Lebaran. Dilihat dari atas bukit pembatas tersebut, pantai Drini terlihat sangat ramai, jauh lebih ramai daripada di Watukodok. Di kejauhan sebelah timur pantai Drini, terdapat bukit yang jauh lebih tinggi, dan di atas bukit itu terlihat seperti tanah lapang. Bukit itulah yang sering disebut orang sebagai bukit Kosakora. Katanya, tempat itu cocok untuk melihat sunset alias matahari tenggelam karena letaknya yang tinggi dan menghadap ke barat.

Kembali ke Watukodok. Dengan pantainya yang tenang dan landai, plus prasarana yang bisa dibilang cukup mumpuni, semoga di masa depan akan lebih berkembang pariwisatanya namun tetap terjaga keasrian dan kealamiannya. Jangan sampai kemajuan ekonomi harus mengorbankan keasrian lingkungan sekitar.

3 thoughts on “Watukodok, Bukit di Satu Sisi

Leave a comment